Sabtu, 21 Agustus 2010

PENDATAAN HONORER 2010 SEBAIKNYA MENGACU PADA PENDATAAN 2005

Beberapa orang dan lembaga, independen mengindikasikan adanya manipulasi surat keputusan (SK) pengangkatan tenaga honorer. SK tersebut digunakan agar masuk dalam pendataan tenaga honorer sebagaimana diatur dalam Surat Edaran (SE) Menpan No. 5/2010 tentang Pendataan Tenaga Honorer yang Bekerja di lingkungan instansi pemerintah. dalam pendataan tenaga honorer tahun ini, BKDD memberikan dua kategori sesuai SE Menegpan No 05/2010. Kategori I merupakan pendataan tenaga honorer yang masuk kriteria memenuhi syarat A (MS A) yang tercecer belum diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS). Sementara kategori II merupakan pendataan tenaga honorer yang masuk kriteria MSB, di mana gajinya berumber dari non-APBD/APBN.

Sehubungan dengan hal itu, dimeminta agar Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah (BKDD) menggunakan database tahun 2005 dalam pendataan ulang tenaga honorer daerah. "Di lapangan ada praktik seperti itu, memundurkan SK atau surat tugas honorer agar masuk dalam pendataan. Karena yang didata ini 'kan yang masa kerja 2005 ke bawah," ungkap salah seorang tenaga honorer yang bekerja sejak tahun 1993

Menurutnya, persoalan tersebut lebih didasarkan pada alasan yang bersifat kedekatan, saudara atau kerabat. Padahal mereka bekerja sesudah tahun 2005. "Mereka merugikan kami yang sudah lama bekerja. Absen dan ampra gaji juga dimanipulasi, padahal mereka baru kerja sesudah tahun 2005. Ikut pendataan 2005 pun, tidak," katanya

BKDD pasti masih memiliki database tenaga honorer tahun 2005. Malah data itu diserahkan ke BKN pada saat pendataan tahun 2005 berdasarkan PP No. 48/2005 tentang pengangkatan tenaga honorer menjadi calon pegawai negeri sipil, sebagaimana telah diubah dengan PP No. 43/2007. "data base tersebut bisa dijadikan acuan dasar dalam mendataan ulang tenaga honorer yang tercecer tersebut" kuncinya.

Sabtu, 05 Juni 2010

Evaluasi Status RSBI (Penggunaan Bahasa Inggris Tidak Lantas Disebut Internasional)

Jakarta, Kompas - Pemerintah harus mengevaluasi pemberian status rintisan sekolah bertaraf internasional atau RSBI pada sejumlah sekolah. Sebab kenyataannya, antara label dan kualitas jauh berbeda. RSBI sekarang ini lebih banyak hanya berupa label.

"Saya khawatir label internasional hanya menjadi strategi marketing yang membohongi masyarakat. Pemerintah pusat jangan lepas tangan dengan menyatakan pungutan dana di RSBI hasil kesepakatan komite sekolah. Masak pemerintah tidak punya kekuatan untuk mengendalikan sekolah?" kata anggota Komisi X DPR, Dedy Suwandi Gumelar, dari PDI-P di Jakarta, Kamis (3/6).

Dedy mengatakan, dirinya kerap menerima keluhan dari masyarakat yang merasa terkecoh karena label RSBI, ternyata kualitasnya jauh dari bayangan masyarakat. Label RSBI diberikan pada sekolah yang proses belajar-mengajarnya menggunakan dwibahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

"Tidak bisa jika hanya memakai bahasa Inggris kemudian sekolah itu diberi label RSBI. Yang penting itu, kualitasnya," kata Dedy.

Anggota Komisi X DPR, Reni Marlinawati (PPP), mengatakan, pemberian status RSBI tidak dilandasi obyektivitas yang matang, termasuk kualitas guru dan sarana-prasarana yang memadai.

Lebih parah lagi, RSBI memungut dana cukup tinggi pada orangtua siswa. "RSBI sudah mendapat dana dari APBN dan APBD. Mengapa harus minta lagi dari masyarakat? Pungutannya pun tidak kecil," kata Reni.

Karena tingginya pungutan terhadap orangtua siswa, hanya orang kaya yang bisa masuk RSBI. "Ini jelas-jelas melanggar prinsip nondiskriminasi dalam pendidikan," ujar Dedy.

Praktisi pendidikan Darmaningtyas mengatakan, anak-anak miskin juga berhak mendapat pendidikan bermutu baik seperti amanat Undang-Undang Dasar 1945. Mereka berhak sekolah di sekolah negeri yang gurunya dibayar negara dan biaya operasionalnya dari pajak warga negara. "Jangan lagi mereka dibebani pungutan tinggi," ujarnya.

Pungutan

Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Suyanto mengatakan, penetapan jumlah pungutan telah ditetapkan di tingkat komite sekolah sehingga kebijakan setiap sekolah akan berbeda-beda. Pemerintah tidak bisa terburu-buru membuat regulasi karena justru dikhawatirkan akan mematikan semangat dan daya inovasi sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikannya.

Suyanto menambahkan, tidak semua sekolah berlabel RSBI dan SBI mahal. Bahkan, sebagian besar RSBI dan SBI di daerah lain, selain DKI Jakarta, justru murah karena tidak semua murid harus mengeluarkan biaya. "RSBI dan SBI yang mahal hanya ada di DKI Jakarta," kata Suyanto seusai bertemu dengan kepala sekolah RSBI dan SBI se-Jawa dan Bali, Kamis sore.

Direktur Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan Nasional Mujito mengatakan, Mendiknas akan mengeluarkan surat edaran yang mewajibkan RSBI menyediakan kuota 20 persen bagi siswa miskin. (LUK/CHE)

Sabtu, 24 April 2010

2.630 Siswa SMA Se-Sulsel Tidak Lulus

Tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tahun ini mengalami penurunan yang signifikan.


Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) kemarin mengumumkan bahwa dari 1.522.162 peserta UN, 154.079 di antaranya dinyatakan tidak lulus. Dari jumlah itu, 2.630 di antaranya adalah siswa SMA/MA daerah ini.


Ketua Panitia UN 2010 Sulsel, Abdullah Parewe yang dikonfirmasi malam tadi mengemukakan, untuk tahun ini, tingkat kelulusan UN tingkat SMA/MA di Sulsel yang diikuti 33.333 peserta, mengalami penurunan 0,41 persen disbanding tahun lalu.


Jika tahun lalu persentase ketidaklulusan peserta UN tingkat SMA dan MA hanya 7,48 persen, maka tahun ini menjadi 7,89 persen. "Jumlah itu tersebar di 501 sekolah penyelenggara UN di Sulsel," ungkapnya.

Meski secara keseluruhan di Sulsel terjadi penurunan persentase kelulusan UN, Parewe mengemukakan bahwa khusus untuk Makassar, terjadi lonjakan prestasi yang membanggakan. Jika tahun lalu Makassar terpuruk dengan ketidaklulusan peserta ujian mencapai 16,28 persen, maka tahun ini peserta UN tingkat SMA dan MA di Makassar hanya 9,02 persen. Hanya 724 siswa dari total 8.020 peserta UN.


Persentase ketidaklulusan tertinggi justru terjadi di Maros. Di daerah ini, siswa yang tidak lulus tercatat 237 orang dari 1.160 peserta atau sebesar 20,43 persen. Tahun lalu, persentase ketidaklulusan peserta UN di Maros hanya 11,38 persen.


Kabupaten Gowa juga masih mencatat ketidaklulusan yang lumayan tinggi. Parewe mengungkapkan, dari 2.038 siswa yang mengikuti UN, 217 siswa di antaranya tidak lulus. Artinya, hanya sekitar 89,3 persen siswa yang dinyatakan lulus ujian.


Jumlah siswa yang tidak lulus juga cukup banyak di Kabupaten Sidrap, yakni 134 orang. Di daerah penghasil beras itu, total peserta UN tahun ini hanya 867 orang, atau 15,4 persen di antaranya tidak lulus UN.

Angka kelulusan yang cukup tinggi diperoleh Kabupaten Bone, meskipun juga tidak lebih baik dibanding tahun lalu dengan persentase kelulusan mencapai 96,71. Tahun ini, persentase kelulusannya 93,61 atau tidak lulus 6,39 persen. Jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 187 orang dari 2.925 peserta ujian.


Data yang diperoleh dari Panitia UN 2010 Sulsel untuk Kabupaten Pinrang, tercatat persentase ketidaklulusannya sebesar 8,65 persen. Siswa SMA dan MA yang mengikuti ujian sebanyak 1.329 orang dan 115 orang di antaranya tidak lulus ujian.


Parewe mengemukakan, penyebab ketidaklulusan peserta ujian di Sulsel umumnya karena hasil UN-nya tidak memenuhi standar nilai rata-rata terendah sebesar 5,50 persen. Standar lainnya, nilai ujian Bahasa Indonesia tidak boleh di bawah angka enam.


Bila hasil UN 2010 untuk tingkat SMA dan MA telah diperoleh Panitia UN kemarin, maka untuk tingkat SMK belum diperoleh. "Kami masih memperjuangkannya untuk bisa diperoleh besok (hari ini, red) dari Kementerian Pendidikan Nasional," kata Parewe.


Tahun lalu, persentase ketidaklulusan peserta UN tingkat SMK sebesar 5,02 persen dan persentase kelulusannya berhasil menempati peringkat ketiga. Angka ini diperoleh dari perbandingan jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 960 orang dan peserta ujian 18.594 siswa.


Pada pelaksanaan UN 2008, ketidaklulusan peserta UN sebesar 10,50 persen atau 1.932 siswa dari 18.407 siswa. UN SMK di Sulsel pada 2008 menempati peringkat keenam nasional.


Menurun Empat Persen


Secara nasional, ungkap Mendiknas Muhammad Nuh, jumlah kelulusan tahun ini turun empat persen dibandingkan tahun lalu. Jika tahun 2009 lalu tingkat kelulusan UN tingkat SMA/MA dan SMK mencapai 93,4 persen, maka tahun ini hanya 89,88 persen saja.


"Angka yang tidak lulus naik memang, tapi itu tidak apa. Ribuan siswa yang tidak lulus (UN) itu masih punya kesempatan mengikuti UN ulangan. Jika masih tidak lulus, juga ada ujian kesetaraan," ujar mendiknas.


Fakta ini, imbuh Nuh, tidak perlu disesali apalagi ditangisi. Sebaliknya, patut disikapi secara objektif bahwa tingkat kejujuran para peserta UN semakin meningkat. "Inilah hasil dari pelibatan pengawas independen sehingga pelaksanaan (UN) semakin ketat. Dan lebih penting lagi, inilah buah dari pernyataan pakta kejujuran anak-anak kita," ucap Nuh.


Daerah mana saja yang tingkat kelulusannya paling anjlok tahun ini? Menurut Nuh, daerah dengan penurunan kelulusan UN tertinggi dipegang Gorontalo. "Kalau tahun sebelumnya daerah itu (Gorontalo) tingkat kelulusannya mencapai 90 persen, maka tahun ini hanya 53,77 persen," ungkap mantan rektor Institut Teknologi Surabaya itu.


Selain Gorontalo, imbuh mendiknas, ada beberapa daerah yang mengalami penurunan kelulusan secara drastis. Daerah-daerah dimaksud adalah Nusa Tenggara Timur yang hanya meluluskan 47,92 persen, Maluku Utara (58,96 persen), Kalimantan Tengah (61,71 persen), Sulawesi Tenggara (64,11 persen) dan Kalimantan Timur (69,47 persen).


UN Ulang


Penurunan hasil UN tahun ini di sejumlah daerah, akan segera disikapi kemendiknas. Mendiknas Nuh mengemukakan, pihaknya akan segera melakukan pemetaan permasalahan di daerah dengan tingkat ketidaklulusan cukup tinggi itu.


"Tiap sekolah pasti memiliki permasalahan yang berbeda. Makanya, lewat pemetaan permasalahan kita akan dapat mengetahui apa dan bagaimana meningkatkan kelulusan nanti," tandasnya.

Nuh menjelaskan, meski masih banyak yang tidak lulus, kemendiknas tetap akan memberikan kesempatan seluruh siswa yang tidak lulus untuk mengerjakan UN kembali pada 10 hingga 14 Mei mendatang. "Mata pelajaran yang diujikan berikut waktu ujiannya tetap sama dengan pelaksanaan UN sebelumnya," papar Nuh.


Untuk itu, saran Nuh, semua sekolah yang siswanya banyak gagal pada UN, sesegera mungkin memberikan pelajaran tambahan pada mata pelajaran yang akan diujikan. "Masih ada waktu untuk membahas latihan soal UN di sekolah-sekolah," tuturnya.


Jika pada UN ulangan nanti, lanjut Nuh, masih ada siswa yang tidak lulus, masih ada kesempatan lagi untuk mengikuti UN kesetaraan paket C pada 22 Juni mendatang. "Dan akan tetap ada kesempatan buat mereka untuk terus belajar dan berusaha," tambahnya. (rif/jpnn)

Kamis, 18 Maret 2010

Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran

Selama ini ada diantara kita yang sedikit dibingungkan oleh beberapa istilah dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Beberapa istilah itu diantaranya pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran. Ada sebagian orang yang menganggap sama hanya istilahnya saja yang beda, ada pihak lain yang melihat secara substansi memang ada perbedaan diantara istilah itu. Akhirnya daripada semakin bingung istilah-istilah tersebut oleh beberapa pihak dianggap tidak ada saja.

Untuk semakin mempertegas dan memperjelas beberapa istilah tersebut berikut akan disajikan sekilas tentang pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran.

Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah:
(1) pendekatan pembelajaran,
(2) strategi pembelajaran,
(3) metode pembelajaran;
(4) teknik pembelajaran;
(5) taktik pembelajaran; dan
(6) model pembelajaran.

Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
  • pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
  • pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

  1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
  2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
  4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
  1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
  2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
  4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:
(1) exposition-discovery learning dan
(2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).

Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan "a plan of operation achieving something" sedangkan metode adalah "a way in achieving something" (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
(1) ceramah;
(2) demonstrasi;
(3) diskusi;
(4) simulasi;
(5) laboratorium;
(6) pengalaman lapangan;
(7) brainstorming;
(8) debat,
(9) simposium, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat).

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
(1) model interaksi sosial;
(2) model pengolahan informasi;
(3) model personal-humanistik; dan
(4) model modifikasi tingkah laku.
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:



Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.

Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menemukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

Sumber:
  • Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
  • Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
  • Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
  • Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
  • Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran
sumber: psb-psma.org

Jumat, 05 Februari 2010

Ngenet Di Rumah Pake HaPe

Ini ada tips dari saya yang pengen ngenet di rumah tapi males keluar rumah, Apalagi sekarang ke warnet aja paling tidak 3000 untuk 1 jam, dengan Kartu IM3 yang pulsa 5000 belinya sih biasanya 6000 bisa dipakai sepuasnya sampai mata dijamin merah deeeh... trus gimana caranya... ikuti bahasannya yuk... Alat yang dibutuhkan adalah :
  1. Komputer untuk ngenet... (ya iyalah masa pake tipi...)
  2. Hape yang sudah mendukung GPRS atauyang ada modemnya, misal pake Nokia 6600 klo saya sih pake Nokia 5130...
  3. Bluetooth untuk dipasang di komputer (kita pake blutooth saja yach..).  bisa juga pake kabel data atau IR (infra merah) kalo saya pake Buntut. eh Bluetooth.. kalo pake Laptop biasanya udah ada bluetoothnya kalo belum, ya belli...
  4. KOpi panas satu gelas..  heh eh eee

Okay kalo bumbu-bumbu sudah kita siapkan kita step yang selanjutnya... yaitu...bentar ya tak mandi dulu... wekekekek... Tongue out

Oka step berikutnya adalah...

  1. Konekan atau Pairing device/hp dengan PC/laptop..
  2. Kalo sudah konek. Nanti akan muncul device hape anda pada tampilan Blutooth di monitor..
  3. trus Klik aja Icon / shorcut untuk koneksi ke Internet (yang pake Software BlueSoleil biasanya gambar Iconya berbentuk Telpon Rumah. Lihat gambar dibawh ini... (mana gambarnya....klik disini)
  4. Isi dech username dan passordnya (yang IM3 kan..?) dih dia..
  5. misal kalo Im3 yang pakek system time based thu id-nya atau username-nya indosat@durasi trus passwordnya indosat@durasi. kalo yang berbasis volume username-nya indosat paswordnya im3.
  6. isi no dialnya dengan *99# atau *99***1#
  7. jangan lupa APN dihapemu di isi dengan indosatgprs
eh iya..
pake pulsa GPRS 5000 bisa ngenet 4 jam sampai jari melar...
tapi jangan berharap speednya kayak speedy yah.. eit tapi jangan sedih dulu.. lain waktu akan saya beri tips agar koneksi pake hape / GPRS bisa ngebut kayak speednya speedy... Oke... tuggu aja.. cape soalnya...

ini nich kalo pake kartu yang lain boleh juga.. nih daftarnya..

Telkomsel
username: wap
password: wap123
dial number : *99***1#

Mentari
username: indosat
password: indosat
dial number : *99***1#

Matrix
username: silahkan di kosongi
password: silahkan dikosongi
dial number : *99***1#

Xl
username: xlgprs
password: proxl
dial number : *99***1#

Im3 ( yang systemnya kb )
username: gprs
password: im3
dial number : *99***1#

Im3 ( yang systemnya waktu/ time base )
username: indosat@durasi
password: indosat@durasi
dial number : *99***1#

Fren
username: m8
password: m8
dial number : #777

Telkom Flexy
username: telkomnet@flexy
password: telkom
dial number : #777

Starone
username: starone
password: indosat
dial number : #777

 ada yang belum jelas...ya saya tunggu komentarnya..

(mgmptikbrebes)