Sabtu, 24 April 2010

2.630 Siswa SMA Se-Sulsel Tidak Lulus

Tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tahun ini mengalami penurunan yang signifikan.


Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) kemarin mengumumkan bahwa dari 1.522.162 peserta UN, 154.079 di antaranya dinyatakan tidak lulus. Dari jumlah itu, 2.630 di antaranya adalah siswa SMA/MA daerah ini.


Ketua Panitia UN 2010 Sulsel, Abdullah Parewe yang dikonfirmasi malam tadi mengemukakan, untuk tahun ini, tingkat kelulusan UN tingkat SMA/MA di Sulsel yang diikuti 33.333 peserta, mengalami penurunan 0,41 persen disbanding tahun lalu.


Jika tahun lalu persentase ketidaklulusan peserta UN tingkat SMA dan MA hanya 7,48 persen, maka tahun ini menjadi 7,89 persen. "Jumlah itu tersebar di 501 sekolah penyelenggara UN di Sulsel," ungkapnya.

Meski secara keseluruhan di Sulsel terjadi penurunan persentase kelulusan UN, Parewe mengemukakan bahwa khusus untuk Makassar, terjadi lonjakan prestasi yang membanggakan. Jika tahun lalu Makassar terpuruk dengan ketidaklulusan peserta ujian mencapai 16,28 persen, maka tahun ini peserta UN tingkat SMA dan MA di Makassar hanya 9,02 persen. Hanya 724 siswa dari total 8.020 peserta UN.


Persentase ketidaklulusan tertinggi justru terjadi di Maros. Di daerah ini, siswa yang tidak lulus tercatat 237 orang dari 1.160 peserta atau sebesar 20,43 persen. Tahun lalu, persentase ketidaklulusan peserta UN di Maros hanya 11,38 persen.


Kabupaten Gowa juga masih mencatat ketidaklulusan yang lumayan tinggi. Parewe mengungkapkan, dari 2.038 siswa yang mengikuti UN, 217 siswa di antaranya tidak lulus. Artinya, hanya sekitar 89,3 persen siswa yang dinyatakan lulus ujian.


Jumlah siswa yang tidak lulus juga cukup banyak di Kabupaten Sidrap, yakni 134 orang. Di daerah penghasil beras itu, total peserta UN tahun ini hanya 867 orang, atau 15,4 persen di antaranya tidak lulus UN.

Angka kelulusan yang cukup tinggi diperoleh Kabupaten Bone, meskipun juga tidak lebih baik dibanding tahun lalu dengan persentase kelulusan mencapai 96,71. Tahun ini, persentase kelulusannya 93,61 atau tidak lulus 6,39 persen. Jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 187 orang dari 2.925 peserta ujian.


Data yang diperoleh dari Panitia UN 2010 Sulsel untuk Kabupaten Pinrang, tercatat persentase ketidaklulusannya sebesar 8,65 persen. Siswa SMA dan MA yang mengikuti ujian sebanyak 1.329 orang dan 115 orang di antaranya tidak lulus ujian.


Parewe mengemukakan, penyebab ketidaklulusan peserta ujian di Sulsel umumnya karena hasil UN-nya tidak memenuhi standar nilai rata-rata terendah sebesar 5,50 persen. Standar lainnya, nilai ujian Bahasa Indonesia tidak boleh di bawah angka enam.


Bila hasil UN 2010 untuk tingkat SMA dan MA telah diperoleh Panitia UN kemarin, maka untuk tingkat SMK belum diperoleh. "Kami masih memperjuangkannya untuk bisa diperoleh besok (hari ini, red) dari Kementerian Pendidikan Nasional," kata Parewe.


Tahun lalu, persentase ketidaklulusan peserta UN tingkat SMK sebesar 5,02 persen dan persentase kelulusannya berhasil menempati peringkat ketiga. Angka ini diperoleh dari perbandingan jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 960 orang dan peserta ujian 18.594 siswa.


Pada pelaksanaan UN 2008, ketidaklulusan peserta UN sebesar 10,50 persen atau 1.932 siswa dari 18.407 siswa. UN SMK di Sulsel pada 2008 menempati peringkat keenam nasional.


Menurun Empat Persen


Secara nasional, ungkap Mendiknas Muhammad Nuh, jumlah kelulusan tahun ini turun empat persen dibandingkan tahun lalu. Jika tahun 2009 lalu tingkat kelulusan UN tingkat SMA/MA dan SMK mencapai 93,4 persen, maka tahun ini hanya 89,88 persen saja.


"Angka yang tidak lulus naik memang, tapi itu tidak apa. Ribuan siswa yang tidak lulus (UN) itu masih punya kesempatan mengikuti UN ulangan. Jika masih tidak lulus, juga ada ujian kesetaraan," ujar mendiknas.


Fakta ini, imbuh Nuh, tidak perlu disesali apalagi ditangisi. Sebaliknya, patut disikapi secara objektif bahwa tingkat kejujuran para peserta UN semakin meningkat. "Inilah hasil dari pelibatan pengawas independen sehingga pelaksanaan (UN) semakin ketat. Dan lebih penting lagi, inilah buah dari pernyataan pakta kejujuran anak-anak kita," ucap Nuh.


Daerah mana saja yang tingkat kelulusannya paling anjlok tahun ini? Menurut Nuh, daerah dengan penurunan kelulusan UN tertinggi dipegang Gorontalo. "Kalau tahun sebelumnya daerah itu (Gorontalo) tingkat kelulusannya mencapai 90 persen, maka tahun ini hanya 53,77 persen," ungkap mantan rektor Institut Teknologi Surabaya itu.


Selain Gorontalo, imbuh mendiknas, ada beberapa daerah yang mengalami penurunan kelulusan secara drastis. Daerah-daerah dimaksud adalah Nusa Tenggara Timur yang hanya meluluskan 47,92 persen, Maluku Utara (58,96 persen), Kalimantan Tengah (61,71 persen), Sulawesi Tenggara (64,11 persen) dan Kalimantan Timur (69,47 persen).


UN Ulang


Penurunan hasil UN tahun ini di sejumlah daerah, akan segera disikapi kemendiknas. Mendiknas Nuh mengemukakan, pihaknya akan segera melakukan pemetaan permasalahan di daerah dengan tingkat ketidaklulusan cukup tinggi itu.


"Tiap sekolah pasti memiliki permasalahan yang berbeda. Makanya, lewat pemetaan permasalahan kita akan dapat mengetahui apa dan bagaimana meningkatkan kelulusan nanti," tandasnya.

Nuh menjelaskan, meski masih banyak yang tidak lulus, kemendiknas tetap akan memberikan kesempatan seluruh siswa yang tidak lulus untuk mengerjakan UN kembali pada 10 hingga 14 Mei mendatang. "Mata pelajaran yang diujikan berikut waktu ujiannya tetap sama dengan pelaksanaan UN sebelumnya," papar Nuh.


Untuk itu, saran Nuh, semua sekolah yang siswanya banyak gagal pada UN, sesegera mungkin memberikan pelajaran tambahan pada mata pelajaran yang akan diujikan. "Masih ada waktu untuk membahas latihan soal UN di sekolah-sekolah," tuturnya.


Jika pada UN ulangan nanti, lanjut Nuh, masih ada siswa yang tidak lulus, masih ada kesempatan lagi untuk mengikuti UN kesetaraan paket C pada 22 Juni mendatang. "Dan akan tetap ada kesempatan buat mereka untuk terus belajar dan berusaha," tambahnya. (rif/jpnn)